/LAYAN2U/LONDEH2U /DUNIA WARNAKU / ONPLAY TV /SUNAMI2U / TV ISLAMKU / @ROJAK2U / BEUTY FESYEN2U / KEMBARAtV
FATAH MORGANA: 2011FATAH MORGANA
FATAH MORGANA manusia tertipu dengan bayang-bayangnya

Monday, December 19, 2011

Video Pembantaian Mesuji Lampung tanpa di sensor.








Kita prihatin dengan beredarnya video kasus kekerasan yang disebutkan sebagai tindak kekerasan di Mesuji. Menggiriskan video yang mempertontonkan tindak penganiayaan dan pembunuhan, dimana manusia diperlakukan seperti hewan, dipenggal kepalanya. Video tersebut kini tersebar melalui jejaring Black Berry yang merupakan perangkat komunikasi canggih dan lengkap untuk saling berkomunikasi, bertukar foto dan video.

Video pemenggalan kepala tersebut sempat diputar di DPR hari Kamis (15/12) saat puluhan orang dari Lembaga adat Megoupak di Mesuji, Lampung mendatangi DPR. Dari video yang terlihat, pembantaian petani itu diperkirakan terjadi di lahan PT. Silva Inhutani di Mesuji, Lampung. Sedang penyembelihan kemungkinan besar terjadi di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji (namanya serupa) di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Diperkirakan terjadi hari Kamis 21 April 2011. Adapun sengketanya lahan sawit seluas 298 hektar dan 630 hektar yang diklaim PT Sumber Wangi Alam (SWA).

Pembantaian sadis tergambar jelas. Beberapa korban ada yang disembelih kepalanya kemudian tubuhnya digantung di tiang listrik, di pohon, dan ada kepala manusia yang terpotong lalu diletakkan di atas mobil. Bahkan, rekaman sempat menampilkan dua adegan pemenggalan kepala dua pria. Tampak seorang pria bersenjata api laras panjang dengan penutup kepala memegang kepala yang sudah terpisah dari tubuh.

Menanggapi Video brutal tersebut, tidak hanya pejabat pemerintah, DPR, Komisi HAM, serta masyarakat di dalam negeri saja yang 'geger,' bahkan kantor berita CBSNews ikut menanggapi dan memberi komentar. Tanggal 16 Desember lalu, perusahaan Televisi dan Radio asal AS tersebut memberikan hasil penelitiannya bahwa salah satu adegan pemenggalan kepala dalam video diambil di Thailand Selatan. Pelakunya diidentifikasi sebagai separatis Pattani yang terlibat dalam konflik SARA. Mereka terlihat memakai celana loreng dan bersenjata serta bertopeng. Logat mereka Melayu Pattani, mereka meneriakkan "Islamiyah Fathoni Darussalam." Jadi memang kelihatannya video itu gabungan dari pembunuhan sadis di Mesuji dengan pembantaian di Thailand.

Dengan merebaknya peristiwa di Mesuji, beberapa pihak menyatakan telah terjadi pelanggaran HAM, dimana aparat kepolisian dijadikan tertuduh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung memerintahkan Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Kapolri Jendral Pol Timur Pradopo untuk melakukan pembuktian fakta atas kasus yang diberitakannya tersebut. Presiden juga memerintahkan jajaran pemerintah mencari solusi terkait kasus tersebut, yang melibatkan semua unsur, termasuk Komisi Nasional HAM, warga, pihak perusahaan, LSM dan para tokoh masyarakat. Presiden berpesan agar semua pihak yang terbukti bersalah ditindak berdasarkan hukum yang berlaku.

Berita tentang peristiwa Mesuji kini menjadi simpang siur kebenarannya, karena berita menjadi bias. Pemerintah kemudian membentuk team pencari fakta yang diketuai oleh Wamenkumham Denny Indrayana dengan anggota dari beberapa instansi terkait. Masing-masing, baik aparat maupun warga menjadi saling tidak mempercayai. Kabag Penum Polri, Kombes Boy Rafli Amar yang kerap bersama penulis menjadi narasumber di stasiun berita dalam kasus tindak terorisme memberikan penjelasan kepada wartawan di Mabes Polri, Kamis (15/12).

Terkait beredarnya video bentrokan pembantaian itu, Boy menyatakan pihak kepolisian mengaku video tersebut direkam dari kasus di Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan yang dicampur dengan peristiwa di Mesuji Lampung. "Faktanya ada semacam penggabungan gambar-gambar dari beberapa peristiwa. Kita akan pelajari dengan tim ahli, konsultasikan dan dicermati dengan seksama untuk mencari tahu unsur-unsur rekayasa gambar," katanya.

Boy menjelaskan Kronologis kasus ini dibagi menjadi dua karena terjadi di dua tempat yang berbeda. "Beredarnya video pasca peristiwa tindakan kekerasan di Kecamatan Mesuji, khususnya konflik petugas pengamanan perkebunan dan warga di Sungai Sodong, Mesuji. Kalau kita lihat dari tayangan video, peristiwa terjadi pada 21 April 2011, saat dilakukan panen kebun sawit dari PT SWA. Warga merasa lahan SWA itu milik mereka," jelasnya.

Dalam bentrok tersebut, tujuh orang tewas. Dua dari warga dan lima karyawan PT SWA. Dalam proses hukumnya, enam orang dijadikan tersangka. "Akibat bentrok Pam Swakarsa dengan masyarakat, akibatnya di pihak warga meninggal di lokasi satu orang dan satunya berhasil melarikan diri tapi meninggal." Boy mempertanyakan jumlah korban tewas yang dikatakan mencapai 30 orang. Dia menduga angka itu adalah penggabungan korban-korban di lain tempat, bukan hanya dalam satu peristiwa. Boy pun membantah tudingan polisi terlibat dalam aksi kekerasan tersebut, apalagi sampai melakukan pemenggalan.

Dijelaskannya, bentrok pertama terjadi 21 April 2011 pukul 11.00, dimana dua warga dari Sungai Sodong, Kec Mesuji tewas. Keduanya itu, yakni Syafii (18) dengan leher putus dan terkena luka tembak dan Macan (22) kena tusuk dan telinga kiri nyaris putus. Bentrok kedua terjadi sekitar pukul 13.30 WIB yang merupakan reaksi warga atas aksi pertama. "Terjadinya reaksi dari Desa Sodong, pukul 13.30 WIB warga datang ke TKP dengan berkendaraan 4 truk dan motor, jumlahnya sekitar 400 warga masyarakat," lanjut Boy.

Mengingat jumlah yang tidak seimbang, karyawan PT SWA mencoba melarikan diri, tetapi beberapa diantaranya tertinggal dan. Akibatnya jatuh lima korban dari pihak PT SWA, yang tewas. Korban yang tewas itu masing-masing, Hambali (asisten kebun), Ardi (karyawan PT SWA), Akbar dan dua lagi identitasnya belum diketahui. Dari terjadinya bentrokan tersebut, "Ada enam orang pelaku yang ditangkap dan diproses secara hukum dan berkas perkaranya sudah P21. Masih ada 8 DPO, yang terlibat dalam tindak kekerasan yang dilakukan warga terhadap pegawai PT SWA," tegas Boy.

Kasus satu lagi terjadi di Mesuji, Lampung, yang juga direkam dan disatukan oleh si penggunggah. Menurut Boy kasus di Kabupaten Mesuji, Lampung itu terjadi pada tanggal 11 November 2010. "Peristiwa yang terjadi di lahan PT Silva Lampung itu, terkait masalah sengketa perbedaan pemahaman dari warga dengan perusahaan terkait perizinan. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata warga tak punya izin tinggal dan dilakukan penertiban. Sekitar tahun 2010 awal, sudah dilakukan langkah-langkah mediasi dengan Pemda Lampung dan ada upaya-upaya penyelesaian permasalahan," kata Boy. Tidak ada anggota Polisi yang melakukan pemenggalan kepala, tegas Boy Rafli.

Disisi lain, saat pertemuan dengan DPR, Bob Hasan selaku Ketua Tim Advokasi Lembaga Adat Megoupak memberikan data pembantaian warga yang terjadi sejak 2009 hingga tahun ini. Tercatat 30 warga tewas mengenaskan, ratusan menjadi korban mental dan fisik, sedangkan 137 orang lainnya ditahan di Polres Mesuji dan Polda Lampung sejak 2009. "Penyembelihan itu terjadi awal Januari 2011. Rincian korban sejak 2009 sudah 30 orang yang tewas dan ada beberapa orang stres karena melihat anggota keluarganya dibantai di hadapannya," kata Bob.

Bob menjelaskan sejak 2003, sebuah perusahaan bernama PT. Silva Inhutani milik warga negara Malaysia bernama Benny Sutanto alias Abeng bermaksud melakukan perluasan lahan. Perluasan areal kebun ini selalu ditentang masyarakat setempat yang telah menanam, kebanyakan pohon sengon untuk sumber penghasilan sehari-hari. Sengketa melibatkan warga yang tinggal di Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, Tulang Bawang Induk dan Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Bentrok terjadi antara Pam Swakarsa dari perusahaan dengan PT Silva dengan masyarakat.

Nah itulah penjelasan yang berbeda antara aparat keamanan dengan warga yang diwakili Tim Advokasinya. Kini yang penting difahami adalah kita sudah benar-benar berada disuatu titik yang disebut "point of no return" yaitu titik dimana kita tidak bisa kembali, harus maju terus dalam menerapkan demokrasi. Pemerintah harus menemukan formula bagaimana menjaga demokrasi bebas yang diterapkan warganya. Warga salah menerjemahkan kebebasan hingga tidak takut berbuat anarkis. Kejadian pembunuhan brutal beberapa kali terjadi dikalangan masyarakat sendiri dan antara masyarakat dengan aparat.

Kasus Ambon, Poso, Kalimantan, Cikeusik, Papua dan kini diungkap media terjadi di Mesuji, menambah kepiluan kita bersama setelah kita melakukan reformasi. Apakah kita akan terus begini? Masyarakat seakan tidak takut melanggar hukum, dalam setiap kasus apapun, yang selalu diserang masalah pelanggaran HAM adalah aparat. Apakah tidak ada pelanggaran HAM di warga itu sendiri? Yang memprihatinkan, aparat kadang agak gamang bertindak, karena terus ditekan dengan tuduhan pelanggaran HAM dalam melakukan tindakan penegakkan hukum sekalipun.

Kini kita tunggu, pemerintah yang berusaha keras menyelidiki dua kasus Mesuji yang namanya sama tetapi terjadi didua tempat yang berbeda itu. Tentunya kasus tidak terlepas dari upaya mereka yang memang anti pemerintah dan bahkan dengan teganya si penggunggah video memasukkan video pembantaian di Thailand demi merangsang kekeruhan dan rasa benci yang besar.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan penerangan kepada hati bangsa ini, agar tidak kembali menjadi bangsa bar-bar yang demikian tega saling menyembelih dan memenggal kepala orang bak memotong leher kambing. Dibutuhkan kejujuran dalam menyelesaikan masalah baik diantara masyarakat itu sendiri maupun antara masyarakat dan aparat keamanan.

Berat memang tugas Polri menghadapi masyarakat yang katanya boleh bebas menurut pengertian mereka, sebuah resiko tugas dalam melaksanakan tugas fungsi keamanan dalam negeri itu. Polisi harus mampu menahan diri dan bijaksana sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Masyarakat sebaiknya waspada terhadap upaya pihak tertentu yang berusaha memprovokasi, tidak perlu ikut menyebarkan video serupa. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )

Ilustrasi gambar : kompas.com

Wednesday, December 14, 2011

Aisyah Moheildin, wanita Aljazair..ada kekuatan dalam dirinya berhasil menulis lima salinan dari Al-Qur’an,

Sumber[arrahmah.com] : Dengan menyalin Al Quran aku bersyukur


Setelah bertahun-tahun bekerja keras ‘berperang’ melawan buta huruf, Aisyah Moheildin, wanita Aljazair berusia 70 tahun akhirnya tidak hanya dapat membaca, tetapi ia juga berhasil menulis lima salinan dari Al-Qur’an, sebagai ungkapan terima kasih pada Allah Ta’ala atas anugrah yang diberikan padanya.

“Alfabet itu terlihat seperti teka-teki bagi saya,” kata Aisyah Moheildin, yang tinggal di Blida provinsi barat daya ibukota Algiers, Al Arabiya.
“Tapi ada kekuatan dalam diri saya mendorong saya untuk mengartikan mereka.”

Pada tahun pertama, ia belajar alfabet dan menulis. Tahun kedua ia mampu membaca seluruh Al Quran. Ketika dia memasuki tahun ketiga dalam masa belajarnya Moheildin memutuskan untuk menulis Al Quran sendiri.
“Ini adalah cara saya berterima kasih kepada Allah yang telah memberi saya karunia ini: Melalui tulisan kalam-Nya yang diberkati”

Moheildin, yang juga ikut andil dalam Revolusi Aljazair, mengatakan bahwa dia adalah seorang petani miskin yang harus bekerja demi mendapatkan makanan dan kemudian membesarkan anak-anaknya sehingga dia tidak pernah berkesempatan mendapatkan pendidikan.

Suatu hari, dia berdoa dan memohon, “Ya Allah, tolong jangan membuat saya mati dalam keadaan buta huruf.”
Hari berikutnya, seorang wanita yang bekerja di sebuah masjid terdekat datang dan mengumumkan peluncuran sebuah proyek untuk mengajar orang tua cara membaca dan menulis.
“Saya merasa Allah telah mengabulkan doa saya, jadi saya bergabung pada kelas-kelas tersebut. Itu terjadi pada tahun 1991. “

Pada tahun 1996, Moheildin sudah mampu membaca dan menulis dengan sempurna. Pada tahun 2006 dia memutuskan untuk menulis Al Quran.

“Anak saya telah memberi saya buku catatan 40-halaman sehingga saya bisa belajar kaligrafi dimana saya menulis ayat-ayat pertama dari Quran.”
Ketika dia selesai bab pertama, ia mulai berpikir untuk menulis seluruh isi Al Qur’an.
“Allah memberi saya kekuatan super dan dalam 13 bulan saya mampu menulis salinan Al Quran yang pertama.”

Moheildin mengungkapkan bahw aia bangun setiap hari pada waktu Subuh, kemudian shalat kemudian mulai menulis sambil menyeruput kopi nya. Setiap kali ia menyeleseikan bagian, ia membawanya ke mentornya di masjid untuk revisi.


Salinan kedua berhasil diseleseikan selama lima bulan dan ia terus menulis hingga berhasil menyalin hingga lima salinan Al Qur’an.

“Jari saya ada untuk digunakan menulis kata-kata Allah dan aku tidak bisa melihat diriku melakukan hal lain.”

Dalam bulan suci Ramadhan, Moheildin berencana melanjutkan usahanya.

“Saya dengan ini menyatakan perang terhadap buta huruf kebodohan,” pungkasnya.
Subhanallah… Usia memang bukan alasan bagi kita untuk berhenti belajar. Tak ada kata terlambat untuk mempelajari Islam. Hingga Nyawa berada di kerongkongan kesempatan it uterus terbuka bagi kita untuk mengenal, mencintai, dan berjuang demi tegaknya agama yang diridhoi Allah Ta’ala ini. (rasularasy/arrahmah.com)

Tuesday, November 8, 2011

Super Storm!!! ...dangerous storm moving across the Bering Sea for Alas


In this satellite image released by the National Weather Service, a dangerous storm moving across the Bering Sea for Alaska, Tuesday Nov. 8, 2011, is seen. The National Weather Service says the storm is expected to produce at least a 10-foot surge, forcing dozens of coastal communities to make emergency preparations. The last time forecasters saw something similar was in November 1974, when Nome, Alaska also took the brunt of the storm. That surge measured more than 13 feet, pushing beach driftwood above the level of the previous storm of its type in 1913.

Thursday, November 3, 2011

FRT Dalam Pencarian Imam Mahdi.....Dajjal Mencari Imam Mahdi

Artikel kali ini akan menghujahkan gabungan maklumat-maklumat berikut :

  • Teori kaedah pilihan Dajjal
  • Pencarian Imam Mahdi
  • Sistem pengecaman wajah berkomputer
  • Programming Language, Operating System dan Windows
  • Peranan manusia dan jin

Pengenalan

Artikel sebelum ini saya ada menerangkan bagaimana Dajjal mencari anak-anak kecil yang dikira bakal Imam Mahdi. Pada artikel tersebut ia hanya menerangkan satu kaedah sahaja iaitu ‘menghapuskan bakal-bakal Imam Mahdi’

Kali ini kita lihat pula kepada satu kaedah lain yang mungkin digunakan Dajjal (melalui agen-agennya) untuk mencari dan menghapuskan Imam Mahdi.

* Kaedah pencarian ini sekadar teori untuk mengesan cara Dajjal mencari Imam Mahdi.

Cara tersebut ialah penggunaan Face Recognition Technology (Teknologi Pengenalan Wajah).

Dajjal menggunakan teknologi yang telah dikembangkan ini untuk mencari Imam Mahdi. Teknologi ini mula-mulanya digunakan oleh pihak berkuasa Amerika Syarikat tetapi ianya dikembangkan menjadi sesuatu yang komersial.

Melalui beberapa ciri pada wajah kita, sistem ini boleh mengesahkan siapakah orang itu. Sistem akan mengimbas wajah dan menyimpannya di dalam database. Kemudian database akan melakukan kerja konfugurasi penyesuaian dengan data-data sedia ada. Dalam beberapa saat sahaja komputer akan memaparkan identiti lengkap orang tersebut.

Kegunaan FRT Dalam Pencarian Imam Mahdi

Bagaimana mahu mencari Imam Mahdi jika namanya bukan Imam Mahdi? Ini bukanlah suatu yang sukar. Untuk mencari Imam Mahdi menggunakan teknologi FRT, Dajjal memerlukan 2 sumber utama iaitu manusia dan jin.

Manusia dan Jin

Kedua-dua makhluk ini mempunyai peranan masing-masing untuk membantu Dajjal mencari Imam Mahdi. Pencarian Imam Mahdi mungkin sudah bermula sejak seribu tahun dahulu. Namun mungkin cuma cara pencariannya sahaja yang berbeza dan mengikut perkembangan semasa masyarakat.

“Aku berlindung pada Pemelihara manusia, Raja manusia, Tuhan manusia, Daripada kejahatan pembisik yang menyelinap, Yang membisikkan di dalam dada manusia, Daripada jin dan manusia.”
(An-Nas, 1-6)

#2 : Peranan Manusia

Agen-agen Dajjal akan bertindak mengumpul semua wajah-wajah manusia di seluruh dunia ke dalam suatu database yang besar. Cara mengambil identiti orang ramai termasuk negara-negara Islam adalah mudah.

Ianya boleh dilakukan dengan agen-agen ini menjual perisian FRT kepada kerajaan negara-negara dunia. Agensi yang bakal membeli perisian-perisian ini sudah pasti Jabatan-jabatan pendaftaran yang mengeluarkan kad pengenalan.

Perisian-perisian ini akan diformat oleh pembekal-pembekal agar semua database rakyat boleh diambil tanpa perlu meminta. Kepakaran teknologi sudah pastilah mudah kerana perisian ini akan dipasang dalam Operating System buatan Illuminati sendiri iaitu Windows.

Bayangkan seorang pencuri laptop dapat mengesan dan mecuri laptop yang telah dimatikan yang disimpan di dalam kereta. Pencuri hanya perlu menggunakan alat frekuensi.

(Tidak lama dulu, rancangan jenayah 999 di TV3 ada menghuraikan tentang jenayah mencuri laptop dan handphone dengan alat frekuaensi)

Sekiranya perisian FRT dibangunkan oleh orang Islam sendiri pun, Dajjal melalui agen-agen Illuminatinya mampu memecahkan database perisian. Mengapa?

Kita harus ingat, sejauh mana canggih pun perisian itu, ia harus dibina menggunakan bahasa pengaturcaraan komputer (programming language). Bahasa-bahasa ini dibina oleh jurutera-jurutera Yahudi yang genius.

Kita mungkin hanya didedahkan dengan sejarah pembinaan bahasa seperti Fortran, Borland C, C++, Cobol, BASIC dan sebagainya tetapi tidak untuk belajar cara membinanya.

#1: Peranan Jin

Muhammad Isa Dawud memberitahu Dajjal akan dibantu oleh Jin dan Syaitan dalam setiap operasi jahatnya. Maka peranan jin dan syaitan di sini pada pandangan saya ialah memberikan gambaran fizikal maklumat wajah keturunan Imam Mahdi.

Kemampuan Jin dan Syaitan dalam menampakkan diri kepada bentuk nyata dan berjisim adalah sesuatu yang sahih.

Dalam tafsir al-Qurthubi ada menyebut :

“Diriwayatkan bahawa, syaitan pada hari itu menampakkan diri kepada mereka dalam bentuk Suraqah bin Malik bin Ju’syam. Dia berasal dari Bani Bakr bin Kinanah. Orang-orang Quraisy sangat takut kepada Bani Bakr…”
Rasululllah SAW menegaskan Imam Mahdi adalah dari keturunannya sebelah Saidatina Fatimah. Ini bermakna semua anak-anak dari keturunannya salah seorang bakal menjadi Imam Mahdi.

Cuma keturunannya sekarang berselerak dan tidak dapat dikenalpasti secara sahih.

Satu-satunya makhluk yang boleh mengecam wajah-wajah keturunan Fatimah ialah Jin dan Syaitan. Mereka hidup lama beribu-ribu tahun. Jadi peranan mereka di sini ialah menukar jisim mereka menyerupai sebarang wajah-wajah anak-anak cucu Fatimah yang boleh dikenalpasti.

Penukaran Kepada Bentuk Ramalan Imam Mahdi

Melalui penukaran ke bentuk jisim fizikal ini, maka titik-titik wajah diambil dan disimpan ke dalam database. Semua wajah-wajah keturunan fatimah disimpan dengan tujuan menjadikan maklumat berikut sebagai sumber utama identiti.

Secara logiknya, wajah Imam Mahdi sudah pastilah mempunyai iras-iras dan ciri-ciri datuk neneknya. Maka fungsi database sumber utama ialah melakukan proses penyesuaian dengan database wajah-wajah manusia seluruh dunia.

Komputer sebagai pemutus pencarian akan memutuskan wajah manakah yang dikira 90% hampir sama dengan database sumber utama. Maka wajah-wajah tersebut atau individu yang dikira sama akan dihapuskan pada peringkat seterusnya.

Rasulullah SAW telah pun memberikan gambaran yang jelas tentang Imam Mahdi mengenai rupanya, fizikalnya dan keturunannya. Adakah mungkin Dajjal hanya duduk sahaja berdiam diri dengan maklumat sebegini?

Kesimpulan

Peranan sesuatu teknologi dalam strategi Dajjal biasanya dikaburkan dengan langkah mengkomersialkan teknologi tersebut. Orang ramai mungkin akan mempertikai kembali teori ini kerana FRT telah pun dikembangkan dengan banyakkan oleh syarikat-syarikat kecil dan besar. Maka dari situ orang ramai tidak nampak ada kerahsian sulit tentang objektif penggunaannya.

Kekaburan ini biasanya dibina di atas alasan “Keselamatan dari Pengganas”.

Wallahu’alam…

sumber

http://dajjal.wordpress.com/


Thursday, August 4, 2011

The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates




Somalis who fled from southern Somalia, wait to receive food at a camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011, ahead of a distribution by a local NGO.

An elderly woman from southern Somalia, waits to receive food at a camp in Mogadishu, Wednesday, July 13, 2011, distributed by a local NGO. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. More than 11 million people in the Horn of Africa are confronting the worst drought in decades and need urgent assistance to stay alive, U.N. Secretary-General Ban Ki-moon said Tuesday

A Somali woman from southern Somalia, prepares food as her children watch at a camp for internally displaced people in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011.

A woman from southern Somalia struggles to build a makeshift shelter from tree branches at a new camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating

Abdiasis Yusuf, 5, a malnourished child from southern Somalia sits in Banadir hospital in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011

Nine-year-old Ahmed Husein, a malnourished child from southern Somalia lies in Banadir hospital in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The worst regional drought in 60 years has affected millions of people in northern Kenya, Ethiopia, Somalia, Eritrea and South Sudan, the U.N. said

Nine- year old Ahmed Husein, a malnourished child from southern Somalia lays in Banadir hospital in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011.

Mohamed Omar, 1, a malnourished child from southern Somalia lies in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011

Lul Ibrahim, 2, a malnourished child from southern Somalia is carried by his mother in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011.

Five-year-old Abdiasis Yusuf, a malnourished child from southern Somalia in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011, is consoled by his mothers hand as he coughs. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating.


Somali women from southern Somalia carrying their babies and belongings make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011.

Somali women from southern Somalia carrying their belongings and children make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating.

A man uses a knife to help a newly arrived Somali refugee woman pluck out a splinter from her foot in Mogadishu, Somalia, 12 July 2011

Newly arrived Somali refugees who had fled the drought wait in line to receive emergency food in Mogadishu, Somalia, 12 July 2011.

Holding their utensils, Somalis from southern Mogadishu, wait to receive food at a camp in Mogadishu, Wednesday, July 13, 2011, distributed by a local NGO. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating

A woman with her baby from southern Mogadishu sit in an open area near a camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011

A Somali woman with children from southern Somalia, displaced by drought sits in an open area in a makeshift shelter in a refugee camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011.

A woman and a man from southern Somalia build a makeshift shelter from tree branches at a new camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, July 13, 2011.

Somali women and children who fled from southern Somalia hold cooking pots and food containers as they wait to receive food at a camp in Mogadishu, Somalia Wednesday, July 13, 2011, ahead of a food distribution by a local NGO

Somalis who fled from southern Somalia, hold pots and containers as they wait to receive food at a camp in Mogadishu, Somalia Wednesday, July 13, 2011, ahead of a food distribution by a local NGO. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. More than 11 million people in the Horn of Africa are confronting the worst drought in decades and need urgent assistance to stay alive, U.N. Secretary-General Ban Ki-moon said Tuesday.

A woman receives food, Somali notes, and blankets distributed by the Somali government in Mogadishu Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia.

A woman from southern Somalia receives food, Somali notes, and blankets distributed by the Somali government in Mogadishu, Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia.

Women receive food, Somali notes, and blankets distributed by the Somali government in Mogadishu, Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The worst drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating,

A woman walks after receiving food, money and blankets distributed by the Somali government in Mogadishu, Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia .

An old man from southern Somalia take cover in a makeshift shelter on a roadside in Mogadishu, Somalia, Monday July 11, 2011, after fleeing his home.

An old woman from southern Somalia take cover in a makeshift shelter made from plastic sheet and a blanket in Mogadishu Somalia, Monday July 11, 2011, after fleeing her home.

Somali women from southern Somalia collect tree branches made into sticks to make makeshift shelter in Mogadishu Somalia, Monday July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

An old man from southern Somalia is carried away after receiving aid from Somali government in Mogadishu Somalia, Monday July 11, 2011 .

A boy walks alongside his mother after receiving aid from the Somali government in Mogadishu, Somalia, Monday July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A severely malnourished child from southern Somalia lies on bed at Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Tuesday, July 12, 2011, after fleeing from southern Somalia. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. U.N. officials sounded the alarm Tuesday about a deepening crisis in East Africa, saying they are struggling to cope with the number of people on the move in the region because of the severe drought and continued fighting in Somalia.(

A severely malnourished child from southern Somalia lies in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Tuesday, July 12, 2011, after fleeing from southern Somalia. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. U.N. officials sounded the alarm Tuesday about a deepening crisis in East Africa, saying they are struggling to cope with the number of people on the move in the region because of the severe drought and continued fighting in Somalia

A severely malnourished child from southern Somalia is conforted by his mother in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Tuesday, July 12, 2011, after fleeing from southern Somalia.

A Somali mother holds her severely malnourished child from southern Somalia in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Tuesday, July 12, 2011, after fleeing from southern Somalia.

Two severely malnourished children from southern Somalia lie on a table in Banadir hospital, Mogadishu, Somalia, Tuesday, July 12, 2011, after fleeing from southern Somalia.

A Somali family from southern Somalia carrying their belongings make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating,

Somalis from southern Somalia getting off the trucks rented by Somali government at a new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011.

Somalis from southern Somalia getting off the trucks rented by Somali government at a new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011.

Somalis from southern Somalia carrying their belongings make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011

A Somali government soldier stands guard as Somalis from southern Somalia carrying their belongings make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011.

Somalis from southern Somalia carrying their belongings make their way to the new camp in southern Mogadishu's Hosh neighborhood Tuesday, July 12, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating.
Niger - Screening of Malnutrition

Somalia Drought Crisis 2011



A severely malnourished Somali boy who had fled with his family the drought-hit southern Somalia lays in Mogadishu, Somalia, 10 July 2011. More than 1,000 Somalis fleeing the worsening drought in the region are arriving in the capital every day, only to find no or very little aid offered to them. The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) says some 100 children die of malnutrition every day in Somalia while 60,000 are displaced inside the Horn of African nation daily, according to the state-run Radio Mogadishu. In recent weeks, more than 1,500 Somali refugees have been arriving daily in already-packed refugee camps in Dadaab, northeastern Kenya, as a result of the worsening drought. Some 12 million people across Somalia, Ethiopia and Kenya are said to be in need of food aid as a severe drought is threatening the region

A child from southern Somalia eats a piece of bread inside a destroyed building in Mogadishu,Somalia, Monday, July 11,2011,after fleeing from southern Somalia.

A child from southern Somalia eats a piece of bread inside a destroyed building in Mogadishu,Somalia, Monday, July 11,2011,after fleeing from southern Somalia.

Somali families from southern Somalia stand around a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011

Somali families from southern Somalia carrying their belongings arrive in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .
A Somali familiy from southern Somalia stand next to makeshift shelter next to a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali familiy from southern Somalia stand next to makeshift shelter next to a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali woman and her child from southern Somalia sit on a road in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali child from southern Somalia stands next to makeshift shelter in a puddle of rain water as his family wait inside the shelter in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali familiy from southern Somalia, carrying their belongings arrive in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali from southern Somalia, arrives in Mogadishu, Somalia carrying her child, Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali familiy from southern Somalia, sit with her children in a ruined building in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali familiy from southern Somalia, sit in a ruined building in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

Somalis from southern Somalia, erect makeshift shelters in Mogadishu Somalia on Monday July 11, 2011

A man from southern Somalia erects a makeshift shelter in Mogadishu, Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia . Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The worst drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating.
Niger - Screening of Malnutrition

Somalia Drought Crisis 2011



A severely malnourished Somali boy who had fled with his family the drought-hit southern Somalia lays in Mogadishu, Somalia, 10 July 2011. More than 1,000 Somalis fleeing the worsening drought in the region are arriving in the capital every day, only to find no or very little aid offered to them. The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) says some 100 children die of malnutrition every day in Somalia while 60,000 are displaced inside the Horn of African nation daily, according to the state-run Radio Mogadishu. In recent weeks, more than 1,500 Somali refugees have been arriving daily in already-packed refugee camps in Dadaab, northeastern Kenya, as a result of the worsening drought. Some 12 million people across Somalia, Ethiopia and Kenya are said to be in need of food aid as a severe drought is threatening the region

A child from southern Somalia eats a piece of bread inside a destroyed building in Mogadishu,Somalia, Monday, July 11,2011,after fleeing from southern Somalia.

A child from southern Somalia eats a piece of bread inside a destroyed building in Mogadishu,Somalia, Monday, July 11,2011,after fleeing from southern Somalia.

Somali families from southern Somalia stand around a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011

Somali families from southern Somalia carrying their belongings arrive in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .
A Somali familiy from southern Somalia stand next to makeshift shelter next to a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali familiy from southern Somalia stand next to makeshift shelter next to a pool of rain water in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali woman and her child from southern Somalia sit on a road in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali child from southern Somalia stands next to makeshift shelter in a puddle of rain water as his family wait inside the shelter in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali familiy from southern Somalia, carrying their belongings arrive in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali from southern Somalia, arrives in Mogadishu, Somalia carrying her child, Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

A Somali familiy from southern Somalia, sit with her children in a ruined building in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia

A Somali familiy from southern Somalia, sit in a ruined building in Mogadishu, Somalia Monday, July 11, 2011, after fleeing from southern Somalia .

Somalis from southern Somalia, erect makeshift shelters in Mogadishu Somalia on Monday July 11, 2011

A man from southern Somalia erects a makeshift shelter in Mogadishu, Somalia on Monday July 11, 2011 after fleeing from southern Somalia . Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day, due to lack of water and food. The worst drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating.

Paranormal Tv Channel (projectreveal)